
TS – Game Until Dawn merupakan permainan horor interaktif yang dirilis pada tahun 2015 oleh Supermassive Games dan Sony Interactive Entertainment. Permainan ini menggabungkan elemen survival horror dengan narasi bercabang yang dipengaruhi oleh keputusan pemain, menciptakan pengalaman yang mendalam dan penuh ketegangan. Kesuksesan permainan ini telah menginspirasi adaptasi film yang dijadwalkan rilis pada 25 April 2025.
Awal Kesuksesan Until Dawn
Saat pertama kali dirilis, game Until Dawn mendapat sambutan hangat dari para kritikus dan pemain. Dengan latar cerita sekelompok remaja yang terjebak di pegunungan terpencil dan harus bertahan hidup hingga fajar, permainan ini menawarkan berbagai kemungkinan akhir cerita berdasarkan pilihan pemain. Fitur “efek kupu-kupu” memungkinkan setiap keputusan kecil berdampak besar pada alur cerita, meningkatkan nilai ulang permainan.
Keberhasilan game Until Dawn juga terlihat dari penjualannya yang kuat di berbagai negara dan popularitasnya di platform berbagi video, menunjukkan daya tariknya yang luas di kalangan penggemar horor.
Memperluas Dunia Until Dawn
Adaptasi film Until Dawn disutradarai oleh David F. Sandberg, dikenal melalui karyanya dalam film horor seperti Lights Out dan Annabelle: Creation. Naskah film ini ditulis oleh Gary Dauberman, yang sebelumnya mengerjakan It dan The Nun, berdasarkan draf awal oleh Blair Butler. Film ini diproduksi oleh Screen Gems dan PlayStation Productions, dengan anggaran sekitar $15 juta.
Berbeda dengan permainan aslinya, film Until Dawn menghadirkan cerita baru dengan karakter-karakter yang berbeda, namun tetap berada dalam semesta yang sama. Cerita film ini berfokus pada karakter Clover, yang mengalami transformasi emosional signifikan selama alur cerita. Elemen-elemen ikonik dari permainan, seperti makhluk Wendigo dan karakter Dr. Hill, tetap hadir untuk mempertahankan nuansa asli.
Pendekatan Sinematik yang Unik
Film Until Dawn menggabungkan berbagai subgenre horor, termasuk slasher dan found footage, untuk menciptakan pengalaman menonton yang beragam dan menegangkan. Salah satu elemen menarik dalam film ini adalah penggunaan konsep “loop waktu”, di mana karakter-karakter mengalami peristiwa yang berulang dan harus belajar dari kesalahan mereka untuk bertahan hidup. Pendekatan ini memungkinkan eksplorasi tema-tema seperti penebusan dan pertumbuhan pribadi.
Pemeran dan Produksi
Film ini dibintangi oleh Ella Rubin sebagai Clover, Michael Cimino sebagai Max, Odessa A’zion sebagai Nina, Ji-young Yoo sebagai Megan, Belmont Cameli sebagai Abel, dan Maia Mitchell sebagai Melanie. Peter Stormare kembali memerankan Dr. Alan J. Hill, karakter yang juga muncul dalam permainan aslinya.
Proses syuting berlangsung di Budapest dari Agustus hingga Oktober 2024. Musik film ini digarap oleh Benjamin Wallfisch, sementara penyuntingan dilakukan oleh Michel Aller. Dengan tim produksi yang berpengalaman, film Until Dawn diharapkan dapat menghadirkan pengalaman horor yang memuaskan bagi penonton.
Antisipasi dan Harapan
Adaptasi film Until Dawn muncul sebagai bagian dari arus besar transformasi dalam dunia perfilman, khususnya di ranah horor dan adaptasi permainan video. Fenomena ini menandai semakin meningkatnya kesadaran industri film terhadap potensi naratif dalam permainan video—bukan semata-mata sebagai hiburan visual, tetapi juga sebagai media yang menyimpan kedalaman emosi dan kisah yang kuat. Dalam konteks ini, film Until Dawn memikul ekspektasi tinggi dari dua kelompok yang sama-sama berpengaruh: penggemar permainan serta pencinta film horor.
1. Kesetiaan terhadap Sumber Asli
Yang menjadi pusat perhatian utama adalah bagaimana film ini mampu menjaga kesetiaan terhadap materi sumbernya. Permainan Until Dawn dikenal dengan alur bercabang dan keputusan moral yang memengaruhi jalan cerita. Meskipun struktur interaktif ini tidak dapat sepenuhnya diadaptasi dalam bentuk film, karya sutradara David F. Sandberg dan penulis naskah Gary Dauberman berusaha menangkap inti ketegangan, misteri, serta dilema psikologis yang menjadi kekuatan permainan tersebut.
Pendekatan sinematik mereka terlihat menjanjikan, terutama dalam menjaga elemen horor psikologis tetap hidup dalam medium yang berbeda. Pengalaman bermain yang dahulu sangat personal dan dinamis, kini diolah menjadi tontonan yang tetap bisa memikat secara emosional maupun visual.
2. Inovasi Cerita dan Karakter Baru
Film ini tidak hanya mengandalkan popularitas permainan semata. Penambahan karakter seperti Clover, serta pengembangan cerita yang lebih luas, menunjukkan adanya keberanian untuk melakukan interpretasi kreatif tanpa menghilangkan esensi asli. Karakter Clover disebut mengalami perjalanan emosional yang kompleks, dan hal ini membuka ruang baru bagi eksplorasi tema trauma, rasa bersalah, serta ketegangan psikologis yang mendalam.
Dengan pendekatan seperti ini, film Until Dawn tidak hanya disuguhkan untuk penonton lama yang akrab dengan cerita permainan, tetapi juga bisa menyambut penonton baru yang belum pernah menyentuh game-nya. Narasi yang diperluas justru memperkaya latar cerita dan memperdalam koneksi emosional terhadap karakter.
3. Kualitas Produksi yang Menjanjikan
Aspek teknis film ini pun turut mengangkat ekspektasi. Lokasi pengambilan gambar di Budapest, pemilihan tata suara oleh Benjamin Wallfisch, serta penyuntingan oleh Michel Aller, semuanya mengindikasikan pengalaman sinematik yang serius dan imersif. Salah satu momen yang dinanti ialah kemunculan kembali Peter Stormare sebagai Dr. Alan J. Hill, karakter ikonik yang berfungsi sebagai cermin psikologis dalam versi permainan. Hadirnya tokoh ini dalam film diyakini mampu menghidupkan kembali dimensi introspektif yang begitu kuat dalam cerita aslinya.
Baca juga: 8 Film Bioskop dengan Trailer dan Jadwal Tayang di Mei 2025 Mendatang
4. Optimisme di Tengah Tren Adaptasi
Until Dawn hadir di momen yang tepat. Keberhasilan adaptasi seperti The Last of Us dan Arcane telah membuka jalan dan membuktikan bahwa permainan video layak dijadikan sumber utama karya film berkualitas tinggi. Kini, perhatian tertuju pada bagaimana Until Dawn bisa mengikuti jejak sukses tersebut, terutama dalam menggabungkan kekuatan visual, kekayaan cerita, serta atmosfir horor yang khas.
Film ini berpotensi menjadi tolok ukur baru dalam adaptasi permainan ke layar lebar. Dengan membawa elemen-elemen unik dari permainannya, serta membungkusnya dalam produksi berkualitas tinggi, film ini siap menunjukkan bahwa narasi interaktif bisa tetap kuat meski berpindah medium.
5. Harapan Besar dari Penikmat Horor
Para pencinta horor pun menaruh harapan tinggi pada film ini. Bukan hanya karena sensasi menegangkan yang ditawarkan, tetapi juga karena tema mendalam yang dibawa—mulai dari trauma masa lalu, rasa bersalah yang menghantui, hingga pilihan hidup dan mati dalam tekanan ekstrem. Elemen-elemen ini menjadikan Until Dawn sebagai lebih dari sekadar film horor biasa. Ia menjadi pengalaman yang mengajak penonton berpikir, merasa, dan mungkin, merenung tentang sisi terdalam manusia saat berhadapan dengan ketakutan.
Dengan semua potensi yang dimiliki—mulai dari pendekatan cerita yang matang, kualitas produksi tinggi, hingga keberanian berinovasi—film Until Dawn tampaknya siap menorehkan kesan mendalam di benak penonton. Tidak sekadar menjadi hiburan mencekam, melainkan sebagai karya yang meninggalkan jejak dalam perkembangan sinema adaptasi permainan video. Maka wajar jika film ini dinanti sebagai tonggak penting dalam pertemuan dunia game dan perfilman.(*)
Editor: Senandika